Komunikasi
dalam Manajemen
Istilah komunikasi atau didalam Bahasa Inggris communication yang
berasal dari kata Latin communication. Katacommunication sendiri
bersumber dari kata communis yang berarti sama (sama makna).
Pesan yang dikirim oleh komunikator mampu diterima baik oleh komunikan dan memiliki
kesamaan makna.
Pengertian komunikasi
menurut para ahli :
· Louis Forsdale (1981) mengatakan bahwa Komunikasi merupakan suatu proses memberikan
signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu system dapat
didirikan, dipelihara dan diubah (communication is the process by which
a system is established, maintained, and altered by means of shared signals
that operate according to rules). Kata signal maksudnya adalah signal yang
berupa verbal dan nonverbal yang memiliki aturan tertentu. Dengan adanya aturan
ini akan menjadikan orang yang menerima signal yang telah mengetahui aturannya
akan dapat memahami maksud dari signal yang diterimanya. Misalnya setiap bahasa
mempunyai aturan tertentu baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan maupun bahasa
isyarat. Bila orang yang mengirim signal menggunakan bahasa yang sama dengan
orang yang menerima, maka sipenerima akan dapat memahami maksud dari signal
tersebut, tetapi kalau tidak, mungkin dia tidak dapat memahami maksudnya.
Selanjutnya Forsdale mengatakan, bahwa pemberian signal dalam komunikasi dapat
dilakukan dengan maksud tertentu atau dengan disadarai dan dapat juga terjadi
tanpa disadari (Arni Muhammad, 2011: 2-3).
· Brent D. Ruben (1988) memberikan definisi, komunikasi manusia adalah suatu proses
melalui individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam
masyarakat menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk
mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain. Dari definisi diatas Ruben
menggunakan istilah pemakaian informasi menunjuk kepada peranan informasi dalam
mempengaruhi tingkah laku manusia baik secara individual, kelompok, maupun
masyarakat. Jadi jelas tujuan komunikasi menurutnya adalah untuk mempengaruhi
tingkah laku orang lain (Arni Muhammad, 2011: 3-4).
· William J. Seiler (1988) memberikan definisi komunikasi yang lebih bersifat
universal. Dia mengatakan komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal
dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti (Arni Muhammad, 2011: 4).
· Carl I. Hovland, komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang
lain (Communication is the process to modify the behavior of
other individuals). Sementara menurutnya Ilmu Komunikasi adalah upaya yang
sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asa penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat dan sikap. Dari definisi menunjukkan bahwa yang dijadikan
objek studi Ilmu Komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum (Puclic Opinion) dan
sikap publik (Public Attitude)yang dalam kehidupan sosial
dan kehidupan politik memainkan peranan yang penting (Onong Uchjana Effendy,
2011: 10).
· Everett M. Rogers pakar Sosiologi Amerika memberikan definisi bahwa
komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Definisi
ini lalu dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) yang
melahirkan definisi baru yang menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses
dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
dengan satu sama lainnya, pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam. Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya
suatu pertukaran informasi (pesan), dimana dia menginginkan adanya perubahan
sikap da tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian
dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi (Hafied Cangara,
2011: 20).
· Shanon dan Weaver (1949) menjelaskan bahwa komunikasi adalah bentuk
interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja
atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi dengan menggunakan
bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi
(Hafied Cangara, 2011: 20-21).
· Harold D. Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan, siapa yang menyampaikan, apa yang
disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya? Lain halnya
dengan Steven, justru ia mengajukan sebuah definisi yang lebih luas. Bahwa
komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu
objek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seorang atau lingkungan sekitarnya
(Hafied Cangara, 2011: 19).
· Moor komunikasi adalah penyampaian pengertian antar individu. Dia
mengatakan semua manusia dilandasi kapasitas untuk menyampaikan maksud, hasrat,
perasaan, pengetahuan dan pengalamandari orang yang satu kepada orang yang
lain. Pada pokoknya komunikasi adalah pusat minat dan situasi perilaku dimana
suatu sumber menyampaikan pesan kepada seorang penerima dengan berupaya
mempengaruhi perilaku penerima tersebut (Syaiful Rohim, 2009: 8).
· Menurut Anderson (1959) komunikasi merupakan suatu proses dimana kita dapat
memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis
dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang belaku (Syaiful Rohim,
2009: 10).
· Theodorson (1969) mengemukakan bahwa komunikasi merupakan proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok
orang dengan mengunakan simbol-simbol tertentu kepada orang lain atau kelompok
lain. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu.
Komunikasi yang baik selalu ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik
pula. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita pahami tetapi
hubungan diantara komunikasi menjadi rusak. Setiap kali kita melakukan
komunikasi, kita tidak saja sekedar menyampaikan isi pesan tetapi kita juga
menentukan kadar hubungan interpersonal, bukan saja menentukan content tetapi
jugarelationship (Syaiful Rohim, 2009: 11).
B. Proses Komunikasi
Proses
komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara
komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk
menciptakan komunikasi yag efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada
umumnya).
Secara
ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.
1. Komunikator
(sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan
suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa
informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti
kedua pihak.
2. Pesan
(message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik
secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui
telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
media
(channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.
1. Komunikan
(receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang
diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
2. Komunikan
(receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang
dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud
oleh si pengirim.
Menurut
Denis McQuail, secara umum kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat
berlangsung dalam 6 tingkatan sebagai berikut :
1. Komunikasi
intra-pribadi (intrapersonal communication Yakni proses komunikasi yang terjadi
dalam diri seseorang, berupa pengolahan informasi melalui pancaindra dan sistem
syaraf.Contoh : berpikir, merenung, menggambar, menulis sesuatu, dll.
2. Komunikasi
antar-pribadi Yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara
seseorang dengan orang lainnya.Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi,
percakapan melalui telepon, dsbnya.
3. Komunikasi
dalam kelompok Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara suatu
kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing-masing
berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau
informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota
kelompok, bukan bersifat pribadi.Misalnya, ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu,
dan anak dalam keluarga, diskusi guru dan murid di kelas tentang topik bahasan,
dsbnya.
4. Komunikasi
antar-kelompok/asosiasi Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu
kelompok dengan kelompok lainnya. Jumlah pelaku yang terlibat boleh jadi hanya
dua atau beberapa orang, tetapi masing-masing membawa peran dan kedudukannya
sebagai wakil dari kelompok/asosiasinya masing-masing.
5. Komunikasi
Organisasi Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu
organisasi dan komunikasi antar organisasi.Bedanya dengan komunikasi kelompok
adalah bahwa sifat organisasi organisasi lebih formal dan lebih mengutamakan
prinsip-prinsip efisiensi dalam melakukan kegiatan komunikasinya.
6. Komunikasi dengan masyarakat secara luas Pada tingkatan
ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat luas. Bentuk kegiatan
komunikasinya dapat dilakukan melalui dua cara :Komunikasi massa Yaitu
komunikasi melalui media massa seperti radio, surat kabar, TV, dsbnya.Langsung atau tanpa melalui media
massa Misalnya ceramah, atau pidato di lapangan terbuka.
C. Hambatan Komunikasi
a. Hambatan
internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait
kondisi fisik dan psikologis.
Contohnya, jika seorang
mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi.
Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat
melakukan komunikasi dengan baik.
b. eksternal,
adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan
fisik dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya, suara gaduh dari
lingkungan sekitar dapat menyebabkan komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh
lainnya, perbedaan latar belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah
pengertian.
Hambatan
menurut para ahli
v STEINER
1. Perbedaan
latar Belakang
Setiap orang ingin
diperlakukan sebagai pribadi, dan memang setiap orang berbeda, berkaitan dengan
perbedaan itu merupakan tanggung jawab komunikator untuk mengenal perbedaan
tersebut dan menyesuaikan isi pesan yang hendak disampaikan dengan kondisi
penerima pesan secara tepat, dan memilih media serta saluran komunikasi yang
sesuai agar respon yang diharapkan dapat dicapai. Makin besar persamaan orang-orang
yang terlibat dalam pembicaraan makin besar kemungkinan tercapainya komunikasi
yang efektif. Perbedaan yang mungkin dapat menimbulkan kesalahan dalam
berkomunikasi antara lain:
a. Perbedaan
persepsi
b. Perbedaan
pengalaman dan latar belakang
c. Sikap
praduga/stereotip
2. Factor
bahasa: bahasa yang digunakan seseorang verbal maupun nonverbal (bahasa tubuh)
ikut berpengaruh dalam proses komunikasi antara lain:
a. Perbedaan
arti kata
b. Penggunaan
istilah atau bahasa tertentu
c. Komunikasi
nonverbal
3. Sikap
pada waktu berkomunikasi. Hal ini ikut berperan, bahkan sering menjadi factor
utama, sikap-sikap seseorang yang dapat menghambat komunikasi tersebut antara
lain:
a. Mendengar
hanya apa yang ingin kita dengar
b. Mengadakan
penilaian terhadap pembaca
c. Sibuk
mempersiapkan jawaban
d. Bukan
pendengar yang baik
e. Pengaruh
factor emosi
f. Kurang
percaya diri
g. Gaya/cara
bicara dan nada suara
4. Factor
lingkungan: lingkungan dan kondisi tempat kita berkomunikasi juga ikut
menentukan proses maupun hasil komunikasi tersebut, hal-hal yang berpengaruh
antara lain:
a. Factor
tempat
b. Factor
situasi/ waktu
v GODE
1. Hambatan
sosio-antro-psikologis
Konteks komunikasi
berlangsung dalam konteks situasional. Komunikator harus memperhatikan situasi
ketika komunikasi berlangsung, sebab situasi mata berpengaruh terhadap
kelancaran komunikasi terutama situasi yang berhubungan dengan factor-faktor sosiologis-antropologis-psikologis.
· Hambatan
sosiologis
Dalam kehidupan
masyarakat terjadi dua jenis pergaulan yaitu gemeinschaft dan gesellschaft.
Perbedaan jenis pergaulan tersebutlah yang menjadikan perbedaan karakter
sehingga kadang-kadang menimbulkan perlakuan yang berbeda dalam berkomunikasi.
· Hambatan
antropologis
Hambatan ini terjadi
karena perbedaan pada diri manusia seperti dalampostur, warna kulit, dan
kebudayaan.
· Hambatan
psikologis
Umumnya disebabkan
komunikator dalam melancarkan komunikasi tidakmengkaji dulu diri dari
komunikan.
2. Hambatan
semantic
Hambatan ini menyangkut
bahasa yang digunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan
perasaannya pada komunikan.
3. Hambatan
mekanik
Hambatan mekanis
dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi.
v SOEDARMO
1. Hambatan
Fisik
Hambatan fisik dapat
mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain
lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
2. Hambatan
Semantik.
Kata-kata yang
dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda,
tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.
3. Hambatan
Psikologis
Hambatan psikologis dan
sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai
serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
v Prof. Onong Uchjana Effendy, MA
A. Gangguan
Ada 2 jenis gangguan
terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan
sebagai gangguan mekanik dan semantic.
1. Gangguan
mekanik
Gangguan yang
disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
2. Gangguan
semantic
Gangguan jenis ini
bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan
semantic tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak
kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada
komunikator, akan lebih banyak gangguan semantic dalam pesannya. Gangguan ini terjadi
dalam salah pengertian.
B. Kepentingan
Kepentingan
akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan.
C. Motivasi
terpendam
Motivasi
akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan,
kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi
seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik
oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu
komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya.
v HOVLAND
Pertama,
hambatan fisik atau lingkungan. Ini memang dirasakan dan dihadapi banyak
keluarga yang terpaksa terpisah satu sama lain akibat jarak dan pekerjaan.
Kedua,
hambatan situasional, misalnya saat seorang ibu hamil tengah moody dan akhirnya
orang di sekitarnya enggan melakukan komunikasi dengannya akibat perilakunya
yang kurang memberi kenyamanan bagi orang di sekitarnya.
v WEBSTER
adanya hambatan psikologis, dimana seseorang
sudah terlebih dahulu merasa takut ditolak atau tidak diterima sebelum memulai
komunikasi.
hambatan gender yang melihat bahwa wanita dan
pria masing-masing memiliki cara berbeda dalam upaya berkomunikasi.
D. Definisi komunikasi interpersonal
Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk
mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan
media. Berdasarkan definisi ini maka terdapat kelompok maya atau faktual
(Burgon & Huffner, 2002). Contoh kelompok maya, misalnya komunikasi melalui
internet (chatting, facebook, email, etc.). Berkembangnya kelompok maya ini
karena perkembangan teknologi media komunikasi.
Terdapat
definisi lain tentang komunikasi interpersonal, yaitu suatu proses komunikasi
yang bersetting pada objek-objek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu
stimulus (dalam hal ini: informasi/pesan) (McDavid & Harari).
Fungsi
Komunikasi interpersonal sebagai berikut:
Untuk
mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini sebagai salah satu tanda efektivitas
proses komunikasi. Bayangkan bagaimana kalau tidak ada umpan balik, saat Anda
berkomunikasi dengan orang lain. Bagaimana kalau Anda sms ke orang lain tetapi
tidak dibalas?
Untuk
melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik. Contohnya,
setelah apa yang akan kita lakukan setelah mengetahui lawan bicara kita kurang
nyaman diajak berbincang.
Untuk
melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kita dapat melakukan
modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi. Misalnya, iklan yang
arahnya membujuk orang lain.
Maha
bijaksana Tuhan yang telah mengatur proses komunikasi intrapersonal yang
melibatkan beberapa unsur atau elemen sebagai berikut (Burgon & Huffner,
2002):
Sensasi,
yaitu proses menangkap stimulus (pesan/informasi verbal maupun non verbal).
Pada saat berada pada proses sensasi ini maka panca indera manusia sangat
dibutuhkan, khususnya mata dan telinga.
Persepsi,
yaitu proses memberikan makna terhadap informasi yang ditangkap oleh sensasi.
Pemberian makna ini melibatkan unsur subyektif. Contohnya, evaluasi komunikan
terhadap proses komunikasi, nyaman tidakkah proses komunikasi dengan orang tersebut?
Memori,
yaitu proses penyimpanan informasi dan evaluasinya dalam kognitif individu.
Kemudian informasi dan evaluasi komunikasi tersebut akan dikeluarkan atau
diingat kembali pada suatu saat, baik sadar maupun tidak sadar. Proses
pengingatan kembali ini yang disebut sebagai recalling.
Berpikir,
yaitu proses mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau
menyelesaikan masalah. Proses ini meliputi pengambilan keputusan, pemecahan
masalah dan berfikir kreatif. Setelah mendapatkan evaluasi terhadap proses
komunikasi interpersonal maka ada antisipasi terhadap proses komunikasi yang
selanjutnya. Contohnya, jika kita merasa tidak nyaman berkomunikasi dengan
dosen maka kita mempunyai cara untuk antisipasi agar komunikasi di kemudian
hari menjadi lancar.
Seringkali
komunikan tidak saling memahami maksud pesan atau informasi dari lawan
bicaranya. Hal ini disebabkan beberapa masalah antara:
a. Komunikator
Hambatan biologis,
misalnya komunikator gagap.
Hambatan psikologis,
misalnya komunikator yang gugup.
Hambatan gender,
misalnya perempuan tidak bersedia terbuka terhadap lawan bicaranya yang
laki-laki.
b. Media
Hambatan teknis,
misalnya masalah pada teknologi komunikasi (microphone, telepon, power point,
dan lain sebagainya).
Hambatan geografis,
misalnya blank spot pada daerah tertentu sehingga signal HP tidak dapat ditangkap.
Hambatan simbol/
bahasa, yaitu perbedaan bahasa yang digunakan pada komunitas tertentu. Misalnya
kata-kata “wis mari” versi orang Jawa Tengah diartikan sebagai sudah sembuh
dari sakit sedangkan versi orang Jawa Timur diartikan sudah selesai mengerjakan
sesuatu.
Hambatan budaya, yaitu
perbedaan budaya yang mempengaruhi proses komunikasi.
c. Komunikate;
Hambatan biologis,
misalnya komunikate yang tuli.
Hambatan psikologis,
misalnya komunikate yang tidak berkonsentrasi dengan pembicaraan.
Hambatan gender, misalnya seorang
perempuan akan tersipu malu jika membicarakan masalah seksual dengan seorang
lelaki.
Pelatihan
dan pengembangan
A. Definisi Pelatihan
Berikut
pengertian atau definisi pelatihan menurut para ahli..
· Menurut
Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai
kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu,
proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang
secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai
dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang
digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik
antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas
dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru
yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.
· Sedangkan
Payaman Simanjuntak (2005), mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari
investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya
dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan
dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan
kerja. Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk
meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan
lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya
tersebut.
· Ivancevich
(2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini:
Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku
kerja seorang atausekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”.
Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk
pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan
membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang
spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.
· Pelatihan
menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses mengajarkan karyawan baru atau yang
ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan
pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu
sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang
sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang
dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.
B. Tujuan Pelatihan
Tujuan
umum pelatihan sebagai berikut :
1. untuk
mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih
cepat dan lebih efektif
2. untuk
mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara
rasional
3. untuk
mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman
pegawai dan dengan manajemen (pimpinan).
Sedangkan
komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh Mangkunegara (2005)
terdiri dari :
1. Tujuan
dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di ukur
2. Para
pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional)
3. Materi
pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak di capai
4. Peserta
pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
Dalam
pengembangan program pelatihan, agar pelatihan dapat bermanfaat dan
mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-langkah yang
sistematik. Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian
kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah
lain ada fase perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca
pelatihan.
Mangkunegara
(2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan
meliputi :
1. mengidentifikasi
kebutuhan pelatihan atau need assesment
2. menetapkan
tujuan dan sasaran pelatihan
3. menetapkan
kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya
4. menetapkan
metode pelatihan
5. mengadakan
percobaan (try out) dan revisi
6. mengimplementasikan
dan mengevaluasi.
C. Faktor Psikologi dalam Pelatihan
dan Pengembangan
Menurut
Dole Yoder (dalam As’ad, 1998:67-70) agar pelatihan dan pengembangan dapat
berhasil dengan baik, maka harus diperhatikan delapan faktor sebagai berikut
1. Individual
Differences
Tiap-tiap individu
mempunyai ciri khas, yang berbeda satu sama lain, baik mengenai sifatnya,
tingkah lakunya, bentuk badannya maupun dalam pekerjaannya. Oleh karena itu,
dalam merencanakan dan melaksanakan suatu pelatihan harus diingat adanya
perbedaan individu ini. Perbedaan dapat nampak pada waktu para karyawan
mengerjakan suatu pekerjaan yang sama, dengan diperolehnya hasil yang berbeda
2. Relation
to job analysis
Tugas utama dari
analisa jabatan untuk memberikan pengertian akan tugas yang harus dilaksanakan
didalam suatu pekerjaan, serta untuk mengetahui alat-alat apa yang harus
dipergunakan dalam menjalankan tugas itu. Untuk memberikan pelatihan pada para
karyawan terlebih dahulu harus diketahui keahlian yang dibutuhkannya. Dengan
demikian program dari pelatihan dapat di arahkan atau ditujuakan untuk mencapai
keahlian itu. Suatu pelatihan yang tidak disesuaikan dengan bakat, minat dan
lapangan kerja karyawan, berakibat merugikan berbagai pihak, yaitu karyawan,
perusahaan dan masyarakat.
3. Motivation
Motivasi dalam
pelatihan ini sangat perlu sebab pada dasarnya motif yang mendorong karyawan
untuk menjalankan pelatihan tidak berbeda dengan motif yang mendorongnya untuk
mwlakukan tugas pekerjaannya.
4. Active
Participation
Didalam pelaksanaan
pendidikan pelatihan para trainess harus turut aktif mengambil bagian di dalam
pembicaraan-pembicaraan mengenai pelajaran yang diberikan, sehingga akan
menimbulkan kepuasan pada para trainess apabila saran-sarannya diperhatikan dan
dipergunakan sebagai bahan-bahan pertimbangan untuk memecahkan kesulitan yang
mungkin timbul.
5. Selection
of trainee
Pelatihan sebaiknya
diberikan kepada mereka yang berminat dan menunjukkan bakat untuk dapat
mengikuti latihan itu dengan berhasil. Dengan demikian apabila latihan
diberikan kepada mereka yang tidak mempunyai minat, bakat dan pengalaman,
kemungkinan berhasil sedikit sekali. Oleh karena itulah sangat perlu diadakan
seleksi.
6. Selection
of trainers
Berhasil atau tidaknya
seseorang melakukan tugas sebagai pengajar, tergantung kepada ada tidaknya
persamaan kualifikasi orang tersebut dengan kualifikasi yang tercantum dalam
analisa jabatan mengajar. Itulah sebabnya seorang trainer yang baik harus
mempunyai kecakapan-kecakapan sebagai berikut:
1. Pengetahuan
vak yang mendalam dan mempunyai kecakapan vak
2. Mempunyai
rasa tanggungjawab dan sadar akan kewajiban
3. Bijaksana
dalam segala tindakan dan sabar
4. Dapat
berfikir secara logis
5. Mempunyai
kepribadian yang menarik
7. Trainer
Pelatihan
Trainer sebelum
diserahi tanggung jawab untuk memberikan pelajaran hendaknya telah mendapatkan
pendidikan khusus untuk menjadi tenaga pelatih. Dengan demikian salah satu asas
yang penting dalam pendidikan ialah agar para pelatih mendapatkan didikan
sebagai pelatih
8. Training
Methods
Metode yang
dipergunakan dalam pelatihan harus sesuai dengan jenis pelatihan yang
diberikan. Misalnya, pemberian kuliah tidak sesuai untuk para karyawan
pelaksana. Untuk karyawan pelaksana hendaknya diberikan lebih banyak peragaan
disamping pelajaran teoritis.
D. Teknik dan metode pelatihan
Jenis-jenis metode yang umum digunakan dalam proses pelatiahan
(Training Methode ), adapun jenis metodenya ialah sebagai berikut :
1. Metode
On The Job Training
Hampir
90% dari pengetahuan pekerjaan diperoleh melalui metode on the job training.
Prosedur metode ini informal, observasi sederhana dan mudah serta praktis.
Pegawai mempelajari pekerjaannya dengan mengamati pekerja lain yang sedang
bekerja, dan kemudian mengobservasi perilakunya. Aspek-aspek lain dari on the
job training adalah lebih formal dalam format. Pegawai senior memberikan contoh
cara mengerjakan pekerjaan dan pegawai baru memperhatikannya.
Metode
ini dapat pula menggunakan peta-peta, gambar-gambar, sample-sampel masalah dan
mendemonstrasikan pekerjaan agar pegawai baru dapat memahaminya dengan jelas.
Metode ini sangat tepat untuk mengajarkan skill yang dapat dipelajari dalam
beberapa hari atau beberapa minggu. Manfaat dari metode ini adalah peserta
belajardengan perlengkapan yang nyata dan dalam limgkungan pekerjaan atau job
yang jelas.
2. Metode
Vestibule atau balai
Vestibule
adalah suatu ruangan isolasi atau terpisah yang disunakan untuk tempat
pelatihan bagi pegawai baru yang akan menduduki suatu pekerjaan. Metode ini
merupakan metode pelatihan yang sangat cocok untuk banyak peserta (pegawai
baru) yang dilatih dengan jenis pekerjaan yang sama dan dalam waktu yang sama.
Pelaksanaan metode ini biasanya dilakukan dalam waktu beberapa hari sampai
beberapa bulan dengan pengawasan instruktur, misalnya pe;atihan pekerjaan,
pengetikan klerek, operator mesin.
3. Metode
Demonstrasi dan Contoh
Suatu
demonstrasi menunjukkan dan merencanakan bagaimana suatu pekerjaan atau
bagaimana sesuatu itu dikerjakan. Metode ini melibatkan penguraian dan
memeragakan sesuatu melalui contoh-contoh. Metode ini sangat mudah bagi manajer
dalam mengajarkan pegawai baru mengenai aktivitas nyata melaui suatu tahap
perencanaan dari “Bagaimana dan apa sebab” pegawai mengerjakan pekerjaan yang
ia kerjakan. Metode ini sangat efektif, kaena lebih mudah menunjukkan kepada
peserta cara mengerjakan suatu tugas, karena dikombinasikan dengan alat Bantu
belajar seperti : gambar-gambar, teks materi, ceramah, diskusi.
4. Metode
Simulasi
Metode
ini merupakan suatu situasi atau peristiwa menciptakan bentuk realitas atau
imitasi dari realitas. Simulasi ini merupakan pelengkap sebagai tehnik duplikat
yang mendekati kondisi nyata pada pekerjaan. Metode simulasi yang popular
adalah permainan bisnis (bussiness games).
Metode
ini merupakan metode pelatihan yang sangat mahal, tetapi sangat bermanfaat dan
diperlukan dalam pelatihan.
5. Metode
Apprenticeship
Metode
ini adalah suatu cara mengembangkan ketrampilan (skill) pengrajin atau
pertukangan. Metode ini tidak mempunyai standar format. Pegawai peserta
mendapatkan bimbingan umum dan dapat langsung mengerjakan pekerjaannya.
6. Metode
Ruang Kelas
Metode
ini merupakan metode training yang dilakukan di dalam kelas walaupun dapat
dilakukan di area pekerjaan. Metode ruang kelas adalah kuliah, konferensi,
studi kasus, bermain peran dan pengajaran berprogram (programmed instruction).
Daftar pustaka
Cangara, Hafied. 2011. Pengantar
Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu
Komunikasi Teori Dan Praktek. Remaja Rosda Karya, Bandung
Muhammad, Arni. 2011. Komunikasi
Organisasi.Bumi Aksara. Jakarta
Rohim, Syaiful. 2009. Teori
Komunikasi Perspektif Ragam Dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/05/proses-komunikasi.html
http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi-dan-tingkatan-proses-komunikasi/
http://faizal.student.umm.ac.id/2010/01/20/hakekat-komunikasi/
http://kumbang-jaya.blogspot.com/2014/09/komunikasi-kelas-x_1.html
M. Ghojali Bagus A.P., S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi
– Fakultas Psikologi Unair 2010.
Dessler, Gary. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta
: Index
Ivancevich, John, M, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen
Organisasi, jilid 1 dan 2 Jakarta : Erlangga.
Mangkunegara, Anwar Prabu., 2005. Evaluasi Kinerja SDM.
Bandung : Refika Aditama.
Mathis R.L dan Jackson J.H, 2002. Manajemen Sumber Daya
Manusia, Jakarta: Salemba Empat.
https://psychosystem.wordpress.com/2011/02/09/makalah-manajemen-pengembangan-sdm
https://septian99.wordpress.com/2009/12/27/mengenal-jenis-jenis-metode-pelatihan-training-methode-bagi-seorang-karyawan/
0 komentar:
Posting Komentar